Buku (kitab) Serat Wirid Hidayat Jati
 adalah buku yang ditulis oleh Raden Mas Ngabehi. Ronggo Warsito (Kiyahi Ageng 
Burhan). Penulis tidak mendapatkan buku aslinya, namun penulis mendapat 
warisan buku  tulisan tangan dari Almarhum Kakek. Menurut penuturan 
beliau, beliau sendirilah yang menyalin tulisan tersebut dari buku 
aslinya yang tertulis dalam aksara Jawa ke dalam tulisan beraksara 
Latin.
Pada pembukaan (Kata Pengantar) buku tersebut, 
tertulis nama Raja Solo, Pangeran R. Soewono Sosro Mangkoe Negoro 
Sambernyowo (Gerak III). Jadi mungkin Ronggo Warsito menulis buku 
tersebut atas perintah Ingkang Sinuhun atau menulis buku tersebut untuk 
dipersembahkan kepada Beliau.
Berikut adalah kata pengantar dalam buku tersebut :
"Bahosi Kawungan :
Sintento ingkang kerso maos serat puniko, menawi dereng tampi wedaran 
saking Murtito Mawaskito Tunggal, ing panyuwun kulo mugi kersoho nahan 
adrenging kerso kanti sumeleh ing penggalih. Sampun ngantos kawahos. 
Inggih namung bongso wirid, nanging dateng poro ingkang dereng angsal 
katerangan saking 'guru' tamtu lajeng kathah gesehipun. Akaryo dateng 
ing paduko, awit lajeng ing batos wonten panacat. Ingkang nyacat rugi, 
ingkang kacacat rugi tamtu. 
Kulo ingkang gadah serat puniko :  Pangeran R. Soewono Sosro Mangkoe 
Negoro Sambernyowo (Gerak III)." 
Terjemahannya :
"Menjadi Perhatian,
 :
Barang siapa mau membaca buku ini, jika belum mendapat keterangan dari 
Murtito Mawaskito Tunggal ( guru, cerdik pandai, ulama' ), maka permintaan saya 
kiranya sudilah menahan kehendak tersebut dengan sabar. Jangan sampai 
membaca (buku ini). Walaupun hanya bangsa wirid, tetapi bagi pihak yang 
belum mendapat keterangan dari 'guru' tentu akan banyak salah pahamnya. 
Yang kemudian akan membawa pada kemarahan. Sebab dalam hati akan mecela.
 Yang mencela akan rugi, yang dicela juga rugi tentunya.
Saya yang empunya buku ini : Pangeran Raden Soewono Sosro Mangkoe Negoro 
Sambernyowo III."
SERAT WIRID HIDAYAT JATI 
Berukit beberapa cuplikan dalam buku tersebut yang penulis anggap bisa mewakili sebagian besar isi buku tersebut :
"Puniko
 babarang wirid ingkang mawi murat soho mangsud pisan,ngiras minongko 
bebukaning hikayat ingkang dados bebukaning pitedah dunungipun ngelmu 
makripat. Sedoyo wiyosipun kantuk saking dalil, hadis, ijma' ,
 lakiyat (Mungkin maksudnya : Kiyas). Dalil nedahaken pangandikanipun 
Allah, Hadis nedahaken piwulangipun Rasulullah, Ijma' ngempalaken 
wejanganipun poro wali, Kiyas mencaraken wewarahipun poro pandito".
Terjemahan :
"Ini
 adalah pelajaran (ilmu) wirid yang menjadi bekal serta sekalian 
maksudnya, sebagai pembuka Hikayat, yang menjadi pembuka petunjuk untuk 
memahami ilmu makrifat. Semua keterangan berasal dari dalil, hadist, 
ijma dan qiyas.
Dalil maksudnya penjelasan tentang firman Allah. Hadis berisi tentang ajaran / 
keteladanan Rasulullah. Ij'ma adalah kumpulan wejangan para wali. Qiyas 
adalah penyebaran ajaran para pandhita / ulama. "
Dalil (Wejangan) Sapisan : Ananing Dat
"Sajatine ora ana apa-apa awit duk maksih awang-uwung 
durung ana sawiji-wiji, kang ana dhingin iku Ingsun, Ora ono Pangeran 
ananging Ingsun.  Sajatine Dat Kang Maha Suci anglimputi ing sipat-
Ingsun, amrandani ing asma lan apngal (af'al) Ingsun."
Dalil / Pelajaran ke-1 : Adanya Dzat.
"Sesungguhnya
 tidak ada apa pun ketika masih sunyi hampa belum ada sesuatu, yang awal
 adanya adalah AKU, Tiada Tuhan kecuali Aku, sesungguhnya yang Maha Suci
 meliputi sifat-KU, menyertai dan menandai perbuatan-KU)."
Dalam
 wejangan diatas menekankan bahwa Sang AKU (Tuhan - Dzat Mutlak) 
bersifat Qodim (Maha awal tanpa ada awalnya) serta menyatakan 
kesucian-Nya yang meliputi segala sifat-Nya, nama -Nya dan juga menandai
 (mewujud-nyata) dalam perbuatan-Nya.
Dalil (Wejangan) kapindo : Wahananing Dat
"Sajatine
 Ingsun Dzat kang murba misesa nitahake sawiji-wiji, dadi podo sanalika,
 sampurna saka kodrat Ingsun, ing kanyatan, pratandhane apngal Ingsun 
minangka bebukaniro Dzat Ingsun, kang dhingin Ingsun anitahake Kayu 
aran Sajaratul Yakin tumuwuh ing sajroning alam Adam-Makdum Ajali Abadi. 
Nuli Cahya aran Nur Muhammad, nuli Kaca aran Mirhatul-Kayai, nuli Nyawa 
aran Roh Ilampi, nuli Damar (lampu) aran Kandil, nuli Sesotya (berlian) 
aran Da-rah, nuli Dhindhing Jalal aran Kijab. kang minangka wahananing 
Dzat-Ingsun."
Dalil / Pelajaran ke-2 : Wahana Dzat.
"Sesungguhnya
 AKU (Allah) adalah Dzat yang maha kuasa menciptakan segala sesuatu, 
jadi seketika, sempurna berasal karena kuasa-KU (Allah), menjadi nyata 
tanda perbuatan-KU, yang sebagai pembuka (akan pengenalan) Dzat-KU. Yang 
pertama AKU menciptakan Kayu bernama Sajaratul Yakin tumbuh di dalam alam
 Adam Makdum Ajalai Abadi (alam yang sejak jaman azali /dahulu dan kekal
 adanya). Kemudian Cahya bernama Nur Muhammad (Cahaya Yang Terpuji), 
berikutnya Cermin bernama Mir’atul Hayai, selanjutnya Nyawa bernama Roh 
Idhofi, lalu Lentera / Lampu bernama Kandil, lalu Permata bernama 
Da-rah, lalu dinding agung bernama Hijab yang merupakan wahana Dzat-KU 
(Allah)."
Dalam wejangan kedua ini diterangkan 
kemaha-kuasaan Sang AKU (Allah). Sekaligus diterangkan tingkat-tingkat 
'pengungkapan / penyingkapan' Dzat-Nya supaya dikenali, melalui 
af'al-Nya dalam penciptaan. 
Pertama diciptakanNyalah Kayu Sajaratul Yakin yang hidup dalam alam 
keabadian. Hakekatnya ini adalah bukan penciptaan dalam arti harfiah 
namun lebih kepada pengungkapan Dzat-Nya untuk dikenali sebagai Sang 
Hidup. Kayu atau Hayu adalah Hidup atau Urip. Yaitu sebagai Dzat Yang 
Hidup Berdiri Sendiri. Sedang sifat-Nya belumlah bisa disifati dengan 
segala macam (bahasa) sifat. Disinilah alam sonya-ruri, awang-uwung, tan
 kinaya ngapa, laisa kamitslihi syai'un.
Kedua 
diciptakan Cahaya yang diberi nama Nur Muhammad atau Cahaya Yang Terpuji. Menurut beberapa ahli, Nur Muhammad ini merupakan 'bibit' 
(wiji) alam semesta. Nur Muhammad berarti Cahaya Yang Terpuji, yang 
hakekatnya adalah Cahaya Keindahan-Nya sendiri.
Ketiga 
Allah menciptakan Cermin bernama Miratulkhayai (Cermin Malu), dimana ada 
sebagian ahli yang mengatakan bahwa setelah diciptakannya Cermin ini, 
Nur Muhammad akhirnya mengenali dirinya.
Keempat diciptakan Nyawa yang diberi nama Roh Idhofi.
Kelima diciptakan Lentera yang diberi nama Kandil.
Keenam diciptakan Permata diberi nama Darah.
Ketujuh
 diciptakan dinding agung yang disebut hijab. Hijab adalah pembatas. 
Namun hakekatnya bukan pembatas tetapi 'penyambung' antara yang dihijab 
dan Yang Menghijab.
Dalil (Wejangan) keping Telu : Kahananing Dat
"Sajatine
 Ingsun kang nitahake Adam asal saka anasir patang prakara, bumi, geni,
angin, banyu. Iku dadi kawujudaning sipat Ingsun, ing kono Ingsun 
panjang ngelmu daroh, limang prakoro : Nur, Roso, Roh, Napsu, lan Budi. 
Iya iku minangka kawarnaning wajah Ingsun Kang Maha Suci." 
Dalil / Pelajaran ke-3 : Keadaan Dzat 
"Sesungguhnya AKU yang menciptakan Adam berasal dari empat perkara, 
bumi, api, angin, air. Itu sebagai perwujudan sifat-KU, di sana AKU 
tempatkan ilmu daroh lima perkara : nur, rahsa, roh, nafsu, budi. Itulah
 sebagai gambaran-citra wajah-KU Yang Maha Suci".
Dalam
 pelajaran ini diterangkan bahwa manusia (jasmaninya) diciptakan berasal
 dari empat unsur  alam semesta (bumi, angin /udara, api dan air.) yang 
masing-masing unsur mempengaruhi (membawa bawaan) dorongan nafsu 
manusia.
Setelah empat unsur alam terbentuk dalam tubuh
 manusia, kemudian Allah menempatkan pula lima hal  sebagai gambaran 
wajah- Nya yaitu nur, rahsa, roh, nafsu dan budi.
Nur, merupakan 
terangnya cahya, jika 'menyambung' kembali kepada Dzat Yang Maha Suci 
dapat menerangi manusia dalam mengenal-Nya dan menjalankan peran sebagai
 hamba dan wakil-Nya di bumi.
Rahsa, roso jati, adalah kesadaran 'ar-ruh min-Ruhi', kesadaran manusia yang hakiki, al-bashiroh manusia.
Roh, nyawa, sukma yang dalam jasad mempunyai tali petanda berupa nafas.
Nafsu, kekuatan nafsu menumbuhkan kekuatan kehendan, karep.
Budi, menumbuhkan daya pikir dan cipta .
Dalil (Wejangan) kaping Papat : Pambukaning Tata Malige (Mahligai)
Ayat Kapisan : Ing Dalem Betal Makmur:
"sajatine
 Ingsun anata malige ana sajroning betalmakmur, iku omah sakjroning  
kerameyan-Ingsun, jumeneng ana sirahing Adam. Kang ana sajroning sirah 
iku utek, kang ana antaraning utek iku manik, sajroning manik iku budi,
 sajroning budi iku napsu, sajroning napsu iku suksma, sajroning suksma 
iku rahsa, sajroning rahsa iku Ingsun, ora ana Pangeran anging Ingsn, 
dat kang nglimputi ing kaanan jati."
Dalil / Pelajaran keempat : Pembukaan Tahta Mahligai 
Ayat Pertama :
"Sesungguhnya
 AKU bertahta dalam baitulmakmur, itu rumah tempat pesta-KU, berdiri di 
dalam kepala Adam. Yang pertama dalam kepala itu otak, yang ada di 
antara otak itu manik di dalam manik itu budi, di dalam budi itu nafsu, 
di dalam nafsu itu suksma, di dalam suksma itu rahsa, di dalam rahsa itu
 AKU, tidak ada Tuhan selain hanya AKU, dzat yang meliputi keberadaan 
yang sejati / sesungguhnya"
Ayat Kapindo : Pambuka tata malige ing dalem betalmukarram
"sajatine
 Ingsun anata malige sajroning betalmukarram, iku omah enggoning 
lala-rangan Ingsun, jumeneng ana ing dhadhaningg adam. Kang ana 
sajroning dhadha iku ati, kang ana antaraning ati iku jantung, sajroning
 jantung iku budi, sakjroning budi iku jinem , yaiku angen-angen, 
sajroning angen-angen iku suksma, sajroning suksma iku rahsa, sajroning 
rahsa iku Ingsun. Ora ana pangeran anging Ingsun dat kang anglimputi ing
 kahanan jati"
Ayat kedua : Pembuka tahta dalam Baitul mukarram :
"Sesungguhnya
 AKU bertahta dalam baitulmukarram, itu rumah tempat larangan-KU, berdiri
 di dalam dada Adam. Yang ada di dalam dada itu hati, yang ada di antara
 hati itu jantung, dalam jantung itu budi, dalam budi itu jinem, yaitu 
angan-2, dalam angan- 2 itu suksma, dalam suksma itu rahsa, dalam rahsa 
itu AKU. Tidak ada Tuhan kecuali hanya AKU dzat yang meliputi keberadaan
 yang sejati / sesungguhnya."
Ayat Katelu :  Pambuka Tata Malige Ing Dalem Betalmukadas
"sajatine Ingsun anata malige ana sajroning betalmukadas, 
iku omah enggoning pasucenIngsun, jumeneng ana ing kontholing adam. Kang
 ana sajroning
konthol iku prinsilan, kang ana ing antaraning pringsilan ikku nutpah, 
yaiku mani, sa-jroning mani iku madi, sajroning madi iku wadi, sajroning
 wadi
iku manikem, sajroning manikem iku rahsa, sajroning rahsa iku Ingsun. 
Ora ana pangeran anging Ingsun dat kang anglimputi ing kaanan jati, 
jumeneng
sajroning nukat gaib, tumurun dadi johar awal, ing kono wahananing alam
 akadiyat, wahdat, wakidiyat, alam arwah, alam misal, alam ajsam, alam 
insan
kamil, dadining manungsa sampurna yaiku sajatining sipat Ingsun."
Ayat Ketiga : Pembuka tahta dalam baitulmuqaddas :
"Sesungguhnya
 AKU bertahta di dalam baitul muqaddas, itu rumah tempat kesucian- KU, 
berdiri di alat kelamin Adam. Yang ada di dalam alat kelamin itu buah 
pelir (pringsilan), di antara pelir itu nutfah yaitu mani, di dalam mani
 itu madi, di dalam madi itu wadi, di dalam wadi itu manikem, di dalam 
manikem itu rahsa, di dalam rahsa itu AKU. Tidak ada Tuhan kecuali AKU 
dzat yang meliputi keberadaan sejati /sesungguhnya. Berdiri di dalam 
nukat gaib, turun menjadi johar awal, di situ keberadaan alam ahadiyat, 
wahdat, wahidiyat, alam arwah, alam misal, alam ajsam, alam insane 
kamil, jadinya manusia sempurna yaitu sejatinya sifat-KU."
Di
 sini juga disebutkan hal yang penting bahwa manusia sempurna (al -nsan 
kamil) adalah sebagai perwujudan sifat-NYA (gambar citra-Nya) dan 
terbentuk melalui tujuh tahapan alam yang dilaluinya, biasa dikenal 
dengan istilah martabat pitu atau martabat tujuh yaitu
:
Pertama alam ahadiyah
Kedua alam wahdat
Ketiga alam wahidiyah
Keempat alam arwah
Kelima alam misal
Keenam alam ajsam
Ketujuh insan kamil (manusia sempurna).
Pada wejangan keempat ini, ketiga-tiga ayatnya menegaskan bahwa tidak ada Tuhan selain AKU (Allah), dzat yang meliputi keberadaan sesungguhnya (kahanan jati=keadaan sejati). Mengapa itu perlu ditegaskan, karena untuk menghindari salah pengertian
 bagi mereka yang telah mendapatkan wejangan ini, jangan sampai karena 
merasa bahwa AKU (Allah) 'bertahta' di kepala dan di dada manusia, lalu 
manusia tersebut mengaku dirinya sebagai Tuhan, atau menjadi bagian dari
 Tuhan. Jika itu yang terjadi, maka manusia tsb. telah jauh tersesat. 
Ingat, bahwa semua wejangan tersebut adalah dalam makna kiasan semata. 
Ini tafsir pribadi penulis. Intinya adalah bahwa Sang AKU MUTLAK (Allah 
Swt) adalah amat dekat dengan manusia, bahkan lebih dekat dari pada urat
 leher si manusia itu sendiri.
Dalil (Wejangan) Kaping Limo : Panetep Santosaning Iman
"Ingsun anekseni satuhune ora ana Pangeran anging Ingsun lan anekseni Ingsun satuhune muhammad iku utusan Ingsun" 
Dalil / Pelajaran Kelima : Penetapan Iman Sentosa :
"AKU
 menyaksikan bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan kecuali hanya AKU dan 
AKU menyaksikan sesungguhnya muhammad itu adalah utusan-KU"
Dalam
 nasehat ini Allah menyatakan kesaksianNya yang ditujukan kepada makhluk
 ciptaanNya, bahwa tidak ada Tuhan lain kecuali hanya Dia semata, dan 
Muhammad adalah benar-benar rasul atau utusanNya.
Dalil (Wejangan) kaping Nem : Sasahidan
"Ingsun
 anekseni ing Dzat Ingsun dhewe, satuhune ora ana Pangeran anging 
Ingsun, lan anekseni Ingsun satuhune Muhammad iku utusan Ingsun. Iya
sejatine kan aran Allah iku badan Ingsun, rasul iku rahsa-Ningsun, 
Muhammad iku Cahaya-Ningsun. Iya Ingsun kang urip tan kena ing pati, iya
 Ingsun
kang eling tan kena ing lali, iya Ingsun kang langgeng ora kena owah 
gingsir ing kaanan jati, iya Ing-sun kang waskitha, ora kasamaran ing 
sawiji-
wiji. Iya Ingsun kang amurba ami-sesa, kang kawasa wicaksana ora 
kekurangan ing pakerthi, byar sampurna padhang terawangan, ora karasa
apa-apa, ora ana katon apa-apa, amung Ingsun kang anglimputi ing alam 
kabeh kalawan kodratIngsun"
Dalil / Pelajaran Keenam : Sahadat / kesaksian
"AKU
 menyaksikan pada DzatKU sendiri, sesungguhnya tidak ada Tuhan kecuali 
AKU, dan menyaksikan AKU sesungguhnya Muhammad itu utusan-KU. 
Sesungguhnya yang bernama Allah itu badan-KU (mungkin maksudnya : 
Nama-Nya), rasul itu rahsa-KU, Muhammad itu cahaya-KU. AKU lah Yang 
Hidup tidak terkena kematian, AKU lah yang Ingat tidak terkena lupa, AKU lah Yang 
Kekal tidak berubah dalam keberadaan yang sesungguhnya, AKU lah 
waskita, tidak ada tersamar pada sesuatu pun. AKU lah yang Berkuasa 
Berkehendak, Yang Kuasa Bijaksana tidak kurang dalam tindakan, Terang 
Sempurna jelas terlihat, tidak terasa apa pun, tidak kelihatan apa pun, 
kecuali hanya AKU yang meliputi alam semua dengan kuasa (kodrat)- KU."
Wejangan
 ini adalah wejangan penutup, yang merupakan Penyaksian Dzat (Allah) 
terhadap Diri-Nya sendiri dan terhadap Muhammad, utusan-nya, 
rahasia-Nya, Cahaya-Nya dan juga terhadap sifat-sifat kesempurnaan-Nya.
Perlu
 penulis tegaskan lagi bahwa apa-apa yang penulis tulis pada postingan 
ini adalah hanya sebagaian saja (cuplikan) dari buku Wirid Hidayat Jati.
 Penulis berusaha memberikan terjemahan dalam bahasa Indonesia dan 
berusaha memberi sedikit penafsiran sesuai dengan kepahaman penulis 
pribadi.
Sebagai penutup tulisan ini, mari kita mencoba
 menghayaiti Firman Allah dalam Qur'an Surah ke-20 Thaahaa : ayat 14, 
yang artinya demikian : "Sesungguhnya AKU ini adalah Allah, tidak ada 
Tuhan (yang hak) selain AKU, maka sembahlah AKU dan dirikanlah shalat 
untuk mengingat-KU".

Tidak ada tuhan selain allah,,,karna allah adalah nama yaitu alif,lam,lam,ha,,dan hurup itu pada tubuh kita tempatnya,,,maka jelas yg bernamakan allah adalah manusia sebagai ujud nyatanya,,atau bayangan dari zat rahasia nya,,,
BalasHapusDimana saya bisa mendapatkan buku Serat Wirid Hidayat Jati, dari Raden Mas Ngabehi Ronggowarsito....?
BalasHapusRahayu pencerahan serat wirid hidayah jati
BalasHapusRahayu.
BalasHapusDimana bisa mendapatkan kitab serat wirid Hidayat Djati
BalasHapusTetangga sy punya
HapusAna
BalasHapusAllah
Ahad
Wirid hidayat jati tidak boleh dirapalkan bagi yang belum mengalami penyaksian di alam cahaya, melihatNya, dan menyaksikan keindahan Nya. Asal njeplak bisa murtad. Kalau syari'at syari'at saja , krn bukan jatahnya. Sholat saja belum bener
BalasHapusBerati Hidayat Jati sama dengan Sastrojendro.bedanya apa ya Master???
BalasHapusAlhamdulillah saya punya serat wirid hidayat djati,wirid sastradjedra hayuningrat jilid 1&2.
BalasHapusalkhamdulillah...sampun dumugi gen kulo...
BalasHapusNopo saget kulo tumbas buku niki mas??
BalasHapusAlangkah baiknya wejangan MURTI TOMO WASKITO TUNGGAL dulu sebelum membaca buku ini, agar lebih paham dan tidak salah dalam memahami!
BalasHapus