Rabu, 27 April 2016

SERAT WIRID HIDAYAT JATI ,RADEN MAS NGABEHI RONGGOWARSITO










Buku (kitab) Serat Wirid Hidayat Jati adalah buku yang ditulis oleh Raden Mas Ngabehi. Ronggo Warsito (Kiyahi Ageng Burhan). Penulis tidak mendapatkan buku aslinya, namun penulis mendapat warisan buku tulisan tangan dari Almarhum Kakek. Menurut penuturan beliau, beliau sendirilah yang menyalin tulisan tersebut dari buku aslinya yang tertulis dalam aksara Jawa ke dalam tulisan beraksara Latin.
Pada pembukaan (Kata Pengantar) buku tersebut, tertulis nama Raja Solo, Pangeran R. Soewono Sosro Mangkoe Negoro Sambernyowo (Gerak III). Jadi mungkin Ronggo Warsito menulis buku tersebut atas perintah Ingkang Sinuhun atau menulis buku tersebut untuk dipersembahkan kepada Beliau. Berikut adalah kata pengantar dalam buku tersebut :

"Bahosi Kawungan : Sintento ingkang kerso maos serat puniko, menawi dereng tampi wedaran saking Murtito Mawaskito Tunggal, ing panyuwun kulo mugi kersoho nahan adrenging kerso kanti sumeleh ing penggalih. Sampun ngantos kawahos. Inggih namung bongso wirid, nanging dateng poro ingkang dereng angsal katerangan saking 'guru' tamtu lajeng kathah gesehipun. Akaryo dateng ing paduko, awit lajeng ing batos wonten panacat. Ingkang nyacat rugi, ingkang kacacat rugi tamtu. Kulo ingkang gadah serat puniko : Pangeran R. Soewono Sosro Mangkoe Negoro Sambernyowo (Gerak III)." 
Terjemahannya :

"Menjadi Perhatian, : Barang siapa mau membaca buku ini, jika belum mendapat keterangan dari Murtito Mawaskito Tunggal ( guru, cerdik pandai, ulama' ), maka permintaan saya kiranya sudilah menahan kehendak tersebut dengan sabar. Jangan sampai membaca (buku ini). Walaupun hanya bangsa wirid, tetapi bagi pihak yang belum mendapat keterangan dari 'guru' tentu akan banyak salah pahamnya. Yang kemudian akan membawa pada kemarahan. Sebab dalam hati akan mecela. Yang mencela akan rugi, yang dicela juga rugi tentunya. Saya yang empunya buku ini : Pangeran Raden Soewono Sosro Mangkoe Negoro Sambernyowo III."
SERAT WIRID HIDAYAT JATI 
Berukit beberapa cuplikan dalam buku tersebut yang penulis anggap bisa mewakili sebagian besar isi buku tersebut :
"Puniko babarang wirid ingkang mawi murat soho mangsud pisan,ngiras minongko bebukaning hikayat ingkang dados bebukaning pitedah dunungipun ngelmu makripat. Sedoyo wiyosipun kantuk saking dalil, hadis, ijma' , lakiyat (Mungkin maksudnya : Kiyas). Dalil nedahaken pangandikanipun Allah, Hadis nedahaken piwulangipun Rasulullah, Ijma' ngempalaken wejanganipun poro wali, Kiyas mencaraken wewarahipun poro pandito".
Terjemahan :

"Ini adalah pelajaran (ilmu) wirid yang menjadi bekal serta sekalian maksudnya, sebagai pembuka Hikayat, yang menjadi pembuka petunjuk untuk memahami ilmu makrifat. Semua keterangan berasal dari dalil, hadist, ijma dan qiyas. Dalil maksudnya penjelasan tentang firman Allah. Hadis berisi tentang ajaran / keteladanan Rasulullah. Ij'ma adalah kumpulan wejangan para wali. Qiyas adalah penyebaran ajaran para pandhita / ulama. "
Dalil (Wejangan) Sapisan : Ananing Dat

"Sajatine ora ana apa-apa awit duk maksih awang-uwung durung ana sawiji-wiji, kang ana dhingin iku Ingsun, Ora ono Pangeran ananging Ingsun. Sajatine Dat Kang Maha Suci anglimputi ing sipat- Ingsun, amrandani ing asma lan apngal (af'al) Ingsun."
Dalil / Pelajaran ke-1 : Adanya Dzat.

"Sesungguhnya tidak ada apa pun ketika masih sunyi hampa belum ada sesuatu, yang awal adanya adalah AKU, Tiada Tuhan kecuali Aku, sesungguhnya yang Maha Suci meliputi sifat-KU, menyertai dan menandai perbuatan-KU)."
Dalam wejangan diatas menekankan bahwa Sang AKU (Tuhan - Dzat Mutlak) bersifat Qodim (Maha awal tanpa ada awalnya) serta menyatakan kesucian-Nya yang meliputi segala sifat-Nya, nama -Nya dan juga menandai (mewujud-nyata) dalam perbuatan-Nya.
Dalil (Wejangan) kapindo : Wahananing Dat

"Sajatine Ingsun Dzat kang murba misesa nitahake sawiji-wiji, dadi podo sanalika, sampurna saka kodrat Ingsun, ing kanyatan, pratandhane apngal Ingsun minangka bebukaniro Dzat Ingsun, kang dhingin Ingsun anitahake Kayu aran Sajaratul Yakin tumuwuh ing sajroning alam Adam-Makdum Ajali Abadi. Nuli Cahya aran Nur Muhammad, nuli Kaca aran Mirhatul-Kayai, nuli Nyawa aran Roh Ilampi, nuli Damar (lampu) aran Kandil, nuli Sesotya (berlian) aran Da-rah, nuli Dhindhing Jalal aran Kijab. kang minangka wahananing Dzat-Ingsun."
Dalil / Pelajaran ke-2 : Wahana Dzat.

"Sesungguhnya AKU (Allah) adalah Dzat yang maha kuasa menciptakan segala sesuatu, jadi seketika, sempurna berasal karena kuasa-KU (Allah), menjadi nyata tanda perbuatan-KU, yang sebagai pembuka (akan pengenalan) Dzat-KU. Yang pertama AKU menciptakan Kayu bernama Sajaratul Yakin tumbuh di dalam alam Adam Makdum Ajalai Abadi (alam yang sejak jaman azali /dahulu dan kekal adanya). Kemudian Cahya bernama Nur Muhammad (Cahaya Yang Terpuji), berikutnya Cermin bernama Mir’atul Hayai, selanjutnya Nyawa bernama Roh Idhofi, lalu Lentera / Lampu bernama Kandil, lalu Permata bernama Da-rah, lalu dinding agung bernama Hijab yang merupakan wahana Dzat-KU (Allah)."
Dalam wejangan kedua ini diterangkan kemaha-kuasaan Sang AKU (Allah). Sekaligus diterangkan tingkat-tingkat 'pengungkapan / penyingkapan' Dzat-Nya supaya dikenali, melalui af'al-Nya dalam penciptaan. Pertama diciptakanNyalah Kayu Sajaratul Yakin yang hidup dalam alam keabadian. Hakekatnya ini adalah bukan penciptaan dalam arti harfiah namun lebih kepada pengungkapan Dzat-Nya untuk dikenali sebagai Sang Hidup. Kayu atau Hayu adalah Hidup atau Urip. Yaitu sebagai Dzat Yang Hidup Berdiri Sendiri. Sedang sifat-Nya belumlah bisa disifati dengan segala macam (bahasa) sifat. Disinilah alam sonya-ruri, awang-uwung, tan kinaya ngapa, laisa kamitslihi syai'un.
Kedua diciptakan Cahaya yang diberi nama Nur Muhammad atau Cahaya Yang Terpuji. Menurut beberapa ahli, Nur Muhammad ini merupakan 'bibit' (wiji) alam semesta. Nur Muhammad berarti Cahaya Yang Terpuji, yang hakekatnya adalah Cahaya Keindahan-Nya sendiri.
Ketiga Allah menciptakan Cermin bernama Miratulkhayai (Cermin Malu), dimana ada sebagian ahli yang mengatakan bahwa setelah diciptakannya Cermin ini, Nur Muhammad akhirnya mengenali dirinya.
Keempat diciptakan Nyawa yang diberi nama Roh Idhofi.
Kelima diciptakan Lentera yang diberi nama Kandil.
Keenam diciptakan Permata diberi nama Darah.
Ketujuh diciptakan dinding agung yang disebut hijab. Hijab adalah pembatas. Namun hakekatnya bukan pembatas tetapi 'penyambung' antara yang dihijab dan Yang Menghijab.
Dalil (Wejangan) keping Telu : Kahananing Dat

"Sajatine Ingsun kang nitahake Adam asal saka anasir patang prakara, bumi, geni, angin, banyu. Iku dadi kawujudaning sipat Ingsun, ing kono Ingsun panjang ngelmu daroh, limang prakoro : Nur, Roso, Roh, Napsu, lan Budi. Iya iku minangka kawarnaning wajah Ingsun Kang Maha Suci." 
Dalil / Pelajaran ke-3 : Keadaan Dzat 

"Sesungguhnya AKU yang menciptakan Adam berasal dari empat perkara, bumi, api, angin, air. Itu sebagai perwujudan sifat-KU, di sana AKU tempatkan ilmu daroh lima perkara : nur, rahsa, roh, nafsu, budi. Itulah sebagai gambaran-citra wajah-KU Yang Maha Suci".
Dalam pelajaran ini diterangkan bahwa manusia (jasmaninya) diciptakan berasal dari empat unsur alam semesta (bumi, angin /udara, api dan air.) yang masing-masing unsur mempengaruhi (membawa bawaan) dorongan nafsu manusia.
Setelah empat unsur alam terbentuk dalam tubuh manusia, kemudian Allah menempatkan pula lima hal sebagai gambaran wajah- Nya yaitu nur, rahsa, roh, nafsu dan budi.
Nur, merupakan terangnya cahya, jika 'menyambung' kembali kepada Dzat Yang Maha Suci dapat menerangi manusia dalam mengenal-Nya dan menjalankan peran sebagai hamba dan wakil-Nya di bumi.

Rahsa, roso jati, adalah kesadaran 'ar-ruh min-Ruhi', kesadaran manusia yang hakiki, al-bashiroh manusia.

Roh, nyawa, sukma yang dalam jasad mempunyai tali petanda berupa nafas.
Nafsu, kekuatan nafsu menumbuhkan kekuatan kehendan, karep.
Budi, menumbuhkan daya pikir dan cipta .
Dalil (Wejangan) kaping Papat : Pambukaning Tata Malige (Mahligai)
Ayat Kapisan : Ing Dalem Betal Makmur:

"sajatine Ingsun anata malige ana sajroning betalmakmur, iku omah sakjroning kerameyan-Ingsun, jumeneng ana sirahing Adam. Kang ana sajroning sirah iku utek, kang ana antaraning utek iku manik, sajroning manik iku budi, sajroning budi iku napsu, sajroning napsu iku suksma, sajroning suksma iku rahsa, sajroning rahsa iku Ingsun, ora ana Pangeran anging Ingsn, dat kang nglimputi ing kaanan jati."
Dalil / Pelajaran keempat : Pembukaan Tahta Mahligai
Ayat Pertama :

"Sesungguhnya AKU bertahta dalam baitulmakmur, itu rumah tempat pesta-KU, berdiri di dalam kepala Adam. Yang pertama dalam kepala itu otak, yang ada di antara otak itu manik di dalam manik itu budi, di dalam budi itu nafsu, di dalam nafsu itu suksma, di dalam suksma itu rahsa, di dalam rahsa itu AKU, tidak ada Tuhan selain hanya AKU, dzat yang meliputi keberadaan yang sejati / sesungguhnya"
Ayat Kapindo : Pambuka tata malige ing dalem betalmukarram

"sajatine Ingsun anata malige sajroning betalmukarram, iku omah enggoning lala-rangan Ingsun, jumeneng ana ing dhadhaningg adam. Kang ana sajroning dhadha iku ati, kang ana antaraning ati iku jantung, sajroning jantung iku budi, sakjroning budi iku jinem , yaiku angen-angen, sajroning angen-angen iku suksma, sajroning suksma iku rahsa, sajroning rahsa iku Ingsun. Ora ana pangeran anging Ingsun dat kang anglimputi ing kahanan jati"
Ayat kedua : Pembuka tahta dalam Baitul mukarram :

"Sesungguhnya AKU bertahta dalam baitulmukarram, itu rumah tempat larangan-KU, berdiri di dalam dada Adam. Yang ada di dalam dada itu hati, yang ada di antara hati itu jantung, dalam jantung itu budi, dalam budi itu jinem, yaitu angan-2, dalam angan- 2 itu suksma, dalam suksma itu rahsa, dalam rahsa itu AKU. Tidak ada Tuhan kecuali hanya AKU dzat yang meliputi keberadaan yang sejati / sesungguhnya."
Ayat Katelu :  Pambuka Tata Malige Ing Dalem Betalmukadas

"sajatine Ingsun anata malige ana sajroning betalmukadas, iku omah enggoning pasucenIngsun, jumeneng ana ing kontholing adam. Kang ana sajroning konthol iku prinsilan, kang ana ing antaraning pringsilan ikku nutpah, yaiku mani, sa-jroning mani iku madi, sajroning madi iku wadi, sajroning wadi iku manikem, sajroning manikem iku rahsa, sajroning rahsa iku Ingsun. Ora ana pangeran anging Ingsun dat kang anglimputi ing kaanan jati, jumeneng sajroning nukat gaib, tumurun dadi johar awal, ing kono wahananing alam akadiyat, wahdat, wakidiyat, alam arwah, alam misal, alam ajsam, alam insan kamil, dadining manungsa sampurna yaiku sajatining sipat Ingsun."
Ayat Ketiga : Pembuka tahta dalam baitulmuqaddas :

"Sesungguhnya AKU bertahta di dalam baitul muqaddas, itu rumah tempat kesucian- KU, berdiri di alat kelamin Adam. Yang ada di dalam alat kelamin itu buah pelir (pringsilan), di antara pelir itu nutfah yaitu mani, di dalam mani itu madi, di dalam madi itu wadi, di dalam wadi itu manikem, di dalam manikem itu rahsa, di dalam rahsa itu AKU. Tidak ada Tuhan kecuali AKU dzat yang meliputi keberadaan sejati /sesungguhnya. Berdiri di dalam nukat gaib, turun menjadi johar awal, di situ keberadaan alam ahadiyat, wahdat, wahidiyat, alam arwah, alam misal, alam ajsam, alam insane kamil, jadinya manusia sempurna yaitu sejatinya sifat-KU."
Di sini juga disebutkan hal yang penting bahwa manusia sempurna (al -nsan kamil) adalah sebagai perwujudan sifat-NYA (gambar citra-Nya) dan terbentuk melalui tujuh tahapan alam yang dilaluinya, biasa dikenal dengan istilah martabat pitu atau martabat tujuh yaitu :

Pertama alam ahadiyah
Kedua alam wahdat
Ketiga alam wahidiyah
Keempat alam arwah
Kelima alam misal
Keenam alam ajsam
Ketujuh insan kamil (manusia sempurna).
Pada wejangan keempat ini, ketiga-tiga ayatnya menegaskan bahwa tidak ada Tuhan selain AKU (Allah), dzat yang meliputi keberadaan sesungguhnya (kahanan jati=keadaan sejati). Mengapa itu perlu ditegaskan, karena untuk menghindari salah pengertian bagi mereka yang telah mendapatkan wejangan ini, jangan sampai karena merasa bahwa AKU (Allah) 'bertahta' di kepala dan di dada manusia, lalu manusia tersebut mengaku dirinya sebagai Tuhan, atau menjadi bagian dari Tuhan. Jika itu yang terjadi, maka manusia tsb. telah jauh tersesat. Ingat, bahwa semua wejangan tersebut adalah dalam makna kiasan semata. Ini tafsir pribadi penulis. Intinya adalah bahwa Sang AKU MUTLAK (Allah Swt) adalah amat dekat dengan manusia, bahkan lebih dekat dari pada urat leher si manusia itu sendiri.
Dalil (Wejangan) Kaping Limo : Panetep Santosaning Iman
"Ingsun anekseni satuhune ora ana Pangeran anging Ingsun lan anekseni Ingsun satuhune muhammad iku utusan Ingsun" 
Dalil / Pelajaran Kelima : Penetapan Iman Sentosa :
"AKU menyaksikan bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan kecuali hanya AKU dan AKU menyaksikan sesungguhnya muhammad itu adalah utusan-KU"
Dalam nasehat ini Allah menyatakan kesaksianNya yang ditujukan kepada makhluk ciptaanNya, bahwa tidak ada Tuhan lain kecuali hanya Dia semata, dan Muhammad adalah benar-benar rasul atau utusanNya.
Dalil (Wejangan) kaping Nem : Sasahidan

"Ingsun anekseni ing Dzat Ingsun dhewe, satuhune ora ana Pangeran anging Ingsun, lan anekseni Ingsun satuhune Muhammad iku utusan Ingsun. Iya sejatine kan aran Allah iku badan Ingsun, rasul iku rahsa-Ningsun, Muhammad iku Cahaya-Ningsun. Iya Ingsun kang urip tan kena ing pati, iya Ingsun kang eling tan kena ing lali, iya Ingsun kang langgeng ora kena owah gingsir ing kaanan jati, iya Ing-sun kang waskitha, ora kasamaran ing sawiji- wiji. Iya Ingsun kang amurba ami-sesa, kang kawasa wicaksana ora kekurangan ing pakerthi, byar sampurna padhang terawangan, ora karasa apa-apa, ora ana katon apa-apa, amung Ingsun kang anglimputi ing alam kabeh kalawan kodratIngsun"
Dalil / Pelajaran Keenam : Sahadat / kesaksian

"AKU menyaksikan pada DzatKU sendiri, sesungguhnya tidak ada Tuhan kecuali AKU, dan menyaksikan AKU sesungguhnya Muhammad itu utusan-KU. Sesungguhnya yang bernama Allah itu badan-KU (mungkin maksudnya : Nama-Nya), rasul itu rahsa-KU, Muhammad itu cahaya-KU. AKU lah Yang Hidup tidak terkena kematian, AKU lah yang Ingat tidak terkena lupa, AKU lah Yang Kekal tidak berubah dalam keberadaan yang sesungguhnya, AKU lah waskita, tidak ada tersamar pada sesuatu pun. AKU lah yang Berkuasa Berkehendak, Yang Kuasa Bijaksana tidak kurang dalam tindakan, Terang Sempurna jelas terlihat, tidak terasa apa pun, tidak kelihatan apa pun, kecuali hanya AKU yang meliputi alam semua dengan kuasa (kodrat)- KU."
Wejangan ini adalah wejangan penutup, yang merupakan Penyaksian Dzat (Allah) terhadap Diri-Nya sendiri dan terhadap Muhammad, utusan-nya, rahasia-Nya, Cahaya-Nya dan juga terhadap sifat-sifat kesempurnaan-Nya.
Perlu penulis tegaskan lagi bahwa apa-apa yang penulis tulis pada postingan ini adalah hanya sebagaian saja (cuplikan) dari buku Wirid Hidayat Jati. Penulis berusaha memberikan terjemahan dalam bahasa Indonesia dan berusaha memberi sedikit penafsiran sesuai dengan kepahaman penulis pribadi.
Sebagai penutup tulisan ini, mari kita mencoba menghayaiti Firman Allah dalam Qur'an Surah ke-20 Thaahaa : ayat 14, yang artinya demikian : "Sesungguhnya AKU ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain AKU, maka sembahlah AKU dan dirikanlah shalat untuk mengingat-KU".

13 komentar:

  1. Tidak ada tuhan selain allah,,,karna allah adalah nama yaitu alif,lam,lam,ha,,dan hurup itu pada tubuh kita tempatnya,,,maka jelas yg bernamakan allah adalah manusia sebagai ujud nyatanya,,atau bayangan dari zat rahasia nya,,,

    BalasHapus
  2. Dimana saya bisa mendapatkan buku Serat Wirid Hidayat Jati, dari Raden Mas Ngabehi Ronggowarsito....?

    BalasHapus
  3. Rahayu pencerahan serat wirid hidayah jati

    BalasHapus
  4. Dimana bisa mendapatkan kitab serat wirid Hidayat Djati

    BalasHapus
  5. Wirid hidayat jati tidak boleh dirapalkan bagi yang belum mengalami penyaksian di alam cahaya, melihatNya, dan menyaksikan keindahan Nya. Asal njeplak bisa murtad. Kalau syari'at syari'at saja , krn bukan jatahnya. Sholat saja belum bener

    BalasHapus
  6. Berati Hidayat Jati sama dengan Sastrojendro.bedanya apa ya Master???

    BalasHapus
  7. Alhamdulillah saya punya serat wirid hidayat djati,wirid sastradjedra hayuningrat jilid 1&2.

    BalasHapus
  8. alkhamdulillah...sampun dumugi gen kulo...

    BalasHapus
  9. Nopo saget kulo tumbas buku niki mas??

    BalasHapus
  10. Alangkah baiknya wejangan MURTI TOMO WASKITO TUNGGAL dulu sebelum membaca buku ini, agar lebih paham dan tidak salah dalam memahami!

    BalasHapus