( Terjemahan Indonesia bebas )
1.
Ingatlah kepada kisah lama yang ditulis di dalam buku babad tentang 
negara Mojopahit. Waktu itu Sang Prabu Brawijaya mengadakan pertemuan 
dengan Sunan Kalijaga didampingi oleh Punakawannya yang bernama Sabda 
Palon Naya Genggong.
2.
Prabu Brawijaya berkata lemah lembut kepada punakawannya: “Sabda Palon 
sekarang saya sudah menjadi Islam. Bagaimanakah kamu? Lebih baik ikut 
Islam sekali, sebuah agama suci dan baik.”
3.
Sabda Palon menjawab kasar: “Hamba tak mau masuk Islam Sang Prabu, sebab
 saya ini raja serta pembesar Dang Hyang se tanah Jawa. Saya ini yang 
membantu anak cucu serta para raja di tanah jawa. Sudah digaris kita 
harus berpisah.
4.
Berpisah dengan Sang Prabu kembali ke asal mula saya. Namun Sang Prabu kami mohon dicatat. Kelak setelah 500 tahun saya akan mengganti agama Budha lagi (maksudnya Kawruh Budi), saya sebar seluruh tanah Jawa.
Berpisah dengan Sang Prabu kembali ke asal mula saya. Namun Sang Prabu kami mohon dicatat. Kelak setelah 500 tahun saya akan mengganti agama Budha lagi (maksudnya Kawruh Budi), saya sebar seluruh tanah Jawa.
5.
Bila ada yang tidak mau memakai, akan saya hancurkan. Menjadi makanan 
jin setan dan lain-lainnya. Belum legalah hati saya bila belum saya 
hancur leburkan. Saya akan membuat tanda akan datangnya kata-kata saya 
ini. Bila kelak Gunung Merapi meletus dan memuntahkan laharnya.
6.
Lahar tersebut mengalir ke Barat Daya. Baunya tidak sedap. Itulah 
pertanda kalau saya datang. Sudah mulai menyebarkan agama Buda (Kawruh 
Budi). Kelak Merapi akan bergelegar. Itu sudah menjadi takdir Hyang 
Widhi bahwa segalanya harus bergantian. Tidak dapat bila diubah lagi.
7.
Kelak waktunya paling sengsara di tanah Jawa ini pada tahun: Lawon Sapta
 Ngesthi Aji. Umpama seorang menyeberang sungai sudah datang di 
tengah-tengah. Tiba-tiba sungainya banjir besar, dalamnya menghanyutkan 
manusia sehingga banyak yang meninggal dunia.
8.
Bahaya yang mendatangi tersebar seluruh tanah Jawa. Itu sudah kehendak 
Tuhan tidak mungkin disingkiri lagi. Sebab dunia ini ada ditanganNya. 
Hal tersebut sebagai bukti bahwa sebenarnya dunia ini ada yang 
membuatnya.
9.
Bermacam-macam bahaya yang membuat tanah Jawa rusak. Orang yang bekerja 
hasilnya tidak mencukupi. Para priyayi banyak yang susah hatinya. 
Saudagar selalu menderita rugi. Orang bekerja hasilnya tidak seberapa. 
Orang tanipun demikian juga. Penghasilannya banyak yang hilang di hutan.
10.
Bumi sudah berkurang hasilnya. Banyak hama yang menyerang. Kayupun 
banyak yang hilang dicuri. Timbullah kerusakan hebat sebab orang 
berebutan. Benar-benar rusak moral manusia. Bila hujan gerimis banyak 
maling tapi siang hari banyak begal.
11.
Manusia bingung dengan sendirinya sebab rebutan mencari makan. Mereka 
tidak mengingat aturan negara sebab tidak tahan menahan keroncongannya 
perut. Hal tersebut berjalan disusul datangnya musibah pagebluk yang 
luar biasa. Penyakit tersebar merata di tanah Jawa. Bagaikan pagi sakit 
sorenya telah meninggal dunia.
12.
Bahaya penyakit luar biasa. Di sana-sini banyak orang mati. Hujan tidak tepat waktunya. Angin besar menerjang sehingga pohon-pohon roboh semuanya. Sungai meluap banjir sehingga bila dilihat persis lautan pasang.
Bahaya penyakit luar biasa. Di sana-sini banyak orang mati. Hujan tidak tepat waktunya. Angin besar menerjang sehingga pohon-pohon roboh semuanya. Sungai meluap banjir sehingga bila dilihat persis lautan pasang.
13.
Seperti lautan meluap airnya naik ke daratan. Merusakkan kanan kiri. 
Kayu-kayu banyak yang hanyut. Yang hidup di pinggir sungai terbawa 
sampai ke laut. Batu-batu besarpun terhanyut dengan gemuruh suaranya.
14.
Gunung-gunung besar bergelegar menakutkan. Lahar meluap ke kanan serta 
ke kiri sehingga menghancurkan desa dan hutan. Manusia banyak yang 
meninggal sedangkan kerbau dan sapi habis sama sekali. Hancur lebur 
tidak ada yang tertinggal sedikitpun.
15.
Gempa bumi tujuh kali sehari, sehingga membuat susahnya manusia. 
Tanahpun menganga. Muncullah brekasakan yang menyeret manusia ke dalam 
tanah. Manusia-manusia mengaduh di sana-sini, banyak yang sakit. 
Penyakitpun rupa-rupa. Banyak yang tidak dapat sembuh. Kebanyakan mereka
 meninggal dunia.
16.
Demikianlah kata-kata Sabda Palon yang segera menghilang sebentar tidak 
tampak lagi diriya. Kembali ke alamnya. Prabu Brawijaya tertegun 
sejenak. Sama sekali tidak dapat berbicara. Hatinya kecewa sekali dan 
merasa salah. Namun bagaimana lagi, segala itu sudah menjadi kodrat yang
 tidak mungkin diubahnya lagi.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar