Perkembangan Pemikiran Manusia
Pengetahuan yang
diketahui khalayak ramai dewasa ini rupanya terjadi tidak secara tiba-tiba
seperti sekarang adanya, tetapi mengalami proses panjang terlebih dahulu
sebelum akhirnya dinyatakan sebagai sebuah pengetahuan dengan kebenaran yang
bisa diuji. Perjalanan sebuah ilmu pengetahuan ini tak lepas dari proses
perkembangan pemikiran manusia. Dengan modal rasa ingin tahu yang tinggi,
manusia mendobrak dinding-dinding penasarannya tentang suatu hal. Perkembangan
pemikiran manusia yang berbeda-beda dari masa ke masa rupanya mengalami
beberapa tahapan yang perlu diketahui. Oleh karena itu, makalah ini hadir
sebagai jawaban atas pertanyaan seperti apa proses manusia menjalankan
pemikirannya dalam rangka melahirkan sebuah ilmu pengetahuan.
Perkembangan
Pemikiran Manusia
Manusia
sebagai makhluk yang berpikir dibekali rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu inilah
yang mendorong manusia untuk mengenal, memahami dan menjelaskan gejala-gejala
alam, baik alam besar (makrokosmos), maupun alam kecil (mikrokosmos), serta berusaha untuk memecahkan masalah yang
dihadapi. Dari dorongan rasa ingin tahu dan usaha untuk memahami dan memecahkan
masalah, menyebabkan manusia dapat mengumpulkan pengetahuan. Secara fisik,
manusia memang lemah jika dibandingkan dengan hewan. Tetapi secara rohaniah,
manusia memiliki akal budi dan kemauna yangs angat kuat. Sebagai makhluk hidup, manusia memiliki
beberapa karakteristik, antara lain :
a
Memiliki
organ yang kompleks dan sangat khusus terutama otaknya.
b.
Mengadakan
pertukaran zat, ada zat yang masuk dan ada pula yang keluar.
c. Memberikan
tanggapan terhadap rangsangan dari dalam dan luar.
d.
Memiliki
potensi berkembang biak.
e. Tumbuh dan
bergerak.
f.
Berinteraksi
dengan lingkungannya.
Ada beberapa tahap yang dilalui
manusia dalam rangka mendobrak rasa ingin tahunya sampai akhirnya lahir sebuah
ilmu pengetahuan. Diawali dengan tahap
mitos, tahap penalaran, tahap pengalaman dari percobaan, dan akhirnya tahap
metode keilmuan. Berangkat dari
pertanyaan ‘apa’, manusia menelusuri segala hal yang ingin diketahuinya. Hasrat
ingin tahu yang tumbuh dalam dirinya membuat panca indranya fokus memperhatikan
sebuah objek, mulai dari pengamatan, percobaan, hingga lahir pengetahuan. Akhirnya, setelah tahu ‘apa’nya,
manusia menjadi ingin tahu ‘bagaimana’ dan ‘mengapa’, ‘apa’ itu bisa terjadi.
Dengan hal seperti ini, rasa ingin tahu manusia membuat dan menyebabkan
pengetahuan mereka berkembang dari waktu ke waktu. Selain itu, kerja otak
setiap waktu yang mengalami banyak sekali proses pemikiran dan penemuan
pengetahuan, mampu melahirkan akumulasi pengetahuan antara yang telah ada dan
yang baru. Antara pengalaman dan pengetahuan baru berakulturasi dalam pikiran,
sehingga daya pikir manusia terus berkembang tiada henti.
Tahap Mitos
Pengetahuan-pengetahuan
baru yang bermunculan dan merupakan gabungan dari pengalaman dan kepercayaan
disebut mitos. Mitos ini dapat muncul karena beberapa hal yang secara lebih
dominan dipengaruhi oleh kultur lokal yang belum begitu banyak mengenal
tekonologi modern. Pada awal masa prasejarah, kemampuan manusia untuk menjawab
rasa ingin tahunya masih terbatas oleh ketidaktersediaan alat, sehingga segala
sesuatu yang terjadi di lingkungan mereka, dibuat alasan sendiri yang malah
menjadi tradisi lisan yang turun temurun
dari generasi satu ke lainnya. Misalnya, mereka mereka-reka sendiri jawaban
dari pertanyaan : Mengapa gunung meletus? Karena Yang Berkuasa sedang marah.
Maka muncul pengetahuan baru yang disebut Yang Berkuasa. Dengan
jalan pikiran yang sama muncullah anggapan adanya kekuatan adikodrati dalam
pohon yang besar, matahari, kilat, gerhana, dan gejala alam lainnya. Mitos
dapat timbul karena keterbatasan alat indra manusia, seperti alat penglihatan,
alat pendengaran, alat pencium dan pengecap, dan alat perasa. Misalnya :
a. Karena sebuah benda bergerak begitu cepat, mata tak mampu menangkapnya
dengan jelas.
b. Karena terbatasnya frekuensi yang bisa didengan manusia, diluar
frekuensi yang mampu didengarnya menjadi sesuatu yang asing baginya.
c. Manusia hanya mampu membedakan beberapa jenis rasa (asin, manis, asam,
pedas, pahit), sehingga akan kesuitan membedakan benda yang memiliki rasa
diluar itu.
d. Kulit manusia hanya bisa merasakan panas dan dingin, sehingga tidak
efektif jika dijadikan alat observasi yang tepat.
Alasan mitos diterima masyarakat pada
masanya antara lain karena keterbatasan penginderaan, keterbatasan penalaran,
dan merasa hasrat ingin tahunya sudah terpenuhi. Dalam alam mitos, penalaran
belum terbentuk, yang bekerja adalah daya khayal, imajinasi, dan intuisi.
Tahap Penalaran
Pada tahap teologi atau fiktif,
manusia berusaha untuk mencari dan menemukan sebab yang pertama dan tujuan yang
terakhir dari segala sesuatu, dan selalu dihubungkan dengan segala hal yang
bersifat gaib. Segala hal yang
menarik perhatiannya selalu diletakkan dalam kaitannya dengan sumber yang
mutlak. Pada tahap metafisika, merupakan tahap di mana manusia masih tetap
mencari sebab utama dan tujuan akhir, tetapi tidak menyandarkannya pada
kekuatan gaib, tapi pada akalnya sendiri. Setelah mengalami proses mitos yang
panjang, manusia sedikit demi sedikit membuka kesempatan bagi logikanya untuk
berpikir, apakah hal yang terjadi itu benar-benar karena ada pengaruh gaib
semata, atau dapat dijelaskan secara ilmiah. Maka lahirkan proses berpikir
dalam menarik kesimpulan berupa pengetahuan yang benar yang disebut penalaran.
Penalaran ini murni proses berpikir, bukan perasaan.
Tahap Pengalaman dari Percobaan
Karena perasaan tidak dapat
dijadikan landasan kuat dalam melahirkan sebuah pengetahuan, dan tidak dapat
diandalkan sebagai dasar untuk menyusun pengetahuan secara teratur, maka
pengetahuan ini dapat dijadikan hipotesa yang kemudian dilakukan penelitian
untuk memastikan kebenarannya. Ada beberapa faktor
yang terjadi dalam proses pencarian kebenaran sebuah pengetahuan. Wahyu, adalah pengetahuan yang disampaikan Tuhan kepada manusia.
Pengetahuan ini disalurkan lewat nabi-Nya. Dengan wahyu, manusia memperoleh
pengetahuan dengan keyakinan dan kepercayaan bahwa yang diwahyukan tersebut
benar.
Trial and error, adalah cara memperoleh pengetahuan dengan cara coba-coba dan
untung- untungan. Cara ini telah dilakukan manusia sejak prba, dan membutuhkan
waktu yang lama, sehingga bukan cara efisien untuk mencari kebenaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar